Karya Tulis Ilmiah: ANALISIS PENGUCAPAN HURUF VOKAL “A” DALAM BAHASA JAWA DI PONDOK PESANTREN AL-ANWAR 3 PUTRA

Karya Tulis Ilmiah: ANALISIS PENGUCAPAN HURUF VOKAL “A” DALAM BAHASA JAWA DI PONDOK PESANTREN AL-ANWAR 3 PUTRA

 
ANALISIS PENGUCAPAN HURUF VOKAL “A” DALAM BAHASA JAWA DI PONDOK PESANTREN AL-ANWAR 3 PUTRA
Oleh, Moh Raehan Al Ayyubi, Abdurahman, Hamidi Amir dan Ikmal Ivandi


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengucapan huruf vocal “A” dalam pengucapan santri pondok pesantren Al-Anwar 3 putra. Penelitian ini di desain dekriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan teori fonologi. Metode pengumpulan berupa data dan wawancara. Data yang dihasilkan bersumber dari santri yang berasal dari daerah jawa seperti Rembang dan santri yang berasal dari daerah ngapak seperti Brebes. Jumlah informan pada penelitian ini masing-masing 3 orang dari setiap daerah. Hasil penelitian menunjukkan (1) pengucapan huruf vocal pada setiap daerah jawa dan daerah ngapak (2) fonem vocal pada kedua nya memiliki perbedaan.

Kata Kunci: fonologi, huruf vokal, dialek Rembang dan Brebes

Pendahuluan

Salah satu kekayaan budaya kita adalah Bahasa daerah. Negara Indonesia memiliki Bahasa yang khusus untuk wilayah tertentu. Beberapa Bahasa yang jumlah pemakaiannya besar yaitu Bahasa Jawa. Penelitian Bahasa daerah sangatlah diperlukan karena dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan Bahasa nasional. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kosakata Bahasa daerah yang masuk dalam kosakata Bahasa Indonesia.

Pada umumnya Bahasa memiliki dua aspek mendasar, yaitu aspek bentuk dan makna. Dalam aspek bentuk yaitu yang berkaitan dengan bunyi, tulisan ataupun struktur kebahasaan, sedangkan aspek makna berkaitan dengan leksikal, fungsional ataupun bentuk gramatikalnya. Pada umumnya setiap Bahasa menunjukkan perbedaan antara penutur satu dengan penutur yang lain. Hal ini terjadi di pondok pesantren Al-Anwar 3 putra yang terletak di Sarang Rembang. Mempunyai santri yang berasal dari berbagai penjuru daerah. Ada yang berasal dari daerah Jawa seperti Rembang dan ada juga yang berasal dari daerah ngapak seperti Brebes. Penggunaan huruf vocal “A” pada santri yang berasal dari Rembang menggunakan Bahasa Jawa sering terjadi perbedaan pengucapan huruf vocal, santri yang berasal dari Rembang dalam pengucapannya menyebut huruf vocal “A” dibaca “O”. sementara santri yang berasal dari Brebes penggunaan huruf vocal “A” dibaca normal tanpa perubahan bunyi kata, seperti dalam contoh kata “lunga” dalam pemakaian Bahasa Jawa santri yang berasal dari Rembang mengucapkan kata tersebut dengan kata “lungo” sedangkan santri yang berasal dari Brebes tetap mengucapkan kata tersebut tanpa ada perubahan huruf vokal.

Kajian analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa kajian fonologi. Fonologi merupakan bagian dari linguistic yang berfokus pada kajian Bahasa. Dengan fonologi suatu bunyi Bahasa tertentu dapat diamati. Data dilengkapi dengan pengamatan langsung kepada santri Al-Anwar 3 putra. Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah pondok pesantren Al-Anwar 3 putra. Permasalahan yang peneliti ambil yaitu bagaimana variasi dialek Bahasa Jawa dan pengucapan huruf vokal “A” pada Bahasa Jawa di lingkungan pondok pesantren Al-Anwar 3 putra. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui variasi pengucapan huruf vokal “A” dalam dialek Bahasa Jawa.

Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati. Penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada objek, dimana peneliti adalah instrument kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi, yaitu teknik yang digunakan dengan cara melakukan pengecekan pada data yang telah diperoleh dari sumber yang sama tetapi dengan menggunakan teknik yang berbeda. Hasil penelitian ini menjelaskan perbedaan pengucapan huruf vokal “A” pada Bahasa Jawa. Teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara. observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang berupa kata dalam Bahasa Jawa, wawancara diperlukan untuk mengumpulkan data dari informan, yakni 3 orang santri Al-Anwar 3 putra.

Pembahasan

Berdasarkan identifikasi tuturan penutur Bahasa Jawa dialek Rembang dan dialek Brebes, berbagai karakteristik variasi tuturan tersebut berupa perubahan variasi bunyi vokal. Berikut merupakan penjabaran lebih lanjut terkait perbedaan huruf vokal dialek Rembang dan Brebes.

1. Dialek Rembang
Perkembangan suatu dialek bisa menjadi lebih penting karena terdapat faktor non-lingusitik. Missal nya dialek Rembang menjadi pusat pendidikan islam seperti banyaknya pondok pesantren. Dengan demikian kedudukan dialek Rembang memiliki ciri khas tersendiri dalam mengucapkan fonem vokal yaitu dalam dialek ini masyarakat sering mengucapkan huruf vokal “a” diganti menjadi “o” seperti kata lunga yang diucapkan menjadi “lungo”,

Bahasa Jawa di Kabupaten Rembang yang dituturkan di wilayah tersebut banyak persamaannya dengan Bahasa Jawa di kabupaten Pati, Jepara, dan kabupaten lain yang berdekatan. Bahasa Jawa di kabupaten Rembang merupakan bagian dari dialek Bahasa Jawa dengan wilayah yang lebih luas, yang dikenal sebagai dialek Jepara-Rembang.

Fonem-fonem Bahasa Jawa yang ada di kabupaten Rembang sama dengan fonem yang ada pada Bahasa Jawa baku. Dalam pengucapan huruf vokal di kalangan penutur Bahasa Jawa ksbupaten Rembang cenderung mengucapkan huruf vokal “A” diganti menjadi “O”. gejala ini bukan hanya terdapat dalam Bahasa Jawa yang dituturkan di wilayah Rembang, tetapi juga di wilayah yang menggunakan Bahasa baku.

Modifikasi internal atau perubahan fonem merupakan proses morfologi dengan cara mengubah atau menambah salah satu fonem. Dibentuknya kata modifikasi internal pada Bahasa Jawa dialek Rembang biasa nya terjadi adjektiva. Adjektiva adalah kata yang didalam nya terdapat keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adjektiva bisa berfungsi sebagai predikat dan adverbial kalimat yang mengacu pada keadaan. Modifikasi internal yang ada pada Bahasa Jawa dialek Rembang yaitu berupa modifikasi vokal “a” menjadi “o”, modifikasi vokal “a” menjadi “ia” dan modifikasi vokal “a” menjadi “ua”

a. modifikasi vokal “a” menjadi “o”
    modifikasi vokal a menjadi o terdapat pada kata Bahasa Jawa dialek rembang pada contoh berikut ini, kata Tetangga (Tetangga) menjadi tetonggo, pada kalimat tanya apa menjadi opo, pada kata lara (sakit) menjadi loro.

b. modifikasi vokal “a” menjadi “ia”
    modifikasi vokal a menjadi ai terdapat pada kata Bahasa Jawa dialek Rembang pada contoh berikut ini, kata banter disisipi vokal ia menjadi bianter yang artinya cepat, kata badeg menjadi mbiadeg yang artinya bau sekali

c. dan modifikasi vokal “a” menjadi “ua”
    modifikasi vokal a menjadi ua terdapat pada kata Bahasa Jawa dialek Rembang pada contoh berikut ini, kata panas menjadi puanas yang artinya panas sekali, kata adoh menjadi uadoh yang artinya jauh sekali, kata abang menjadi uabang yang artinya merah sekali.

2. Dialek Bahasa Jawa Ngapak Brebes

Bagi masyarakat Jawa pada umumnya, Bahasa ngapak seringkali dianggap unik, lucu, aneh dan sebagainya. Padahal sejatinya dialek ngapak adalah identitas kebudayaan suatu daerah yang terbebas dari feodalisme dan budaya asli yang terbebas dari pengaruh rekayasa politik (kerajaan). Ngapak adalah Bahasa Jawa ngoko jawadhipa, sebuah aliran Jawa murni yang berada pada enam tingkat di bawah bagongan yang dituturkan oleh kalangan bangsawan. Perbedaan dialek antara logat ngapak dengan logat Bahasa Jawa pada umumnya terletak pada vokal dan intonasi.

Bahasa ngapak memiliki pengucapan huruf vokal dan huruf konsonan seperti h, d, ,g, b, c, k, I, w, dengan penekanan atau dalam Bahasa linguistik adalah fonem vokal dan fonem konsonan. Aksen ini membuat dialek Bahasa ngapak terkesan kasar berbeda dengan Bahasa Jawa yang terkesan halus. Meskipun begitu Bahasa ngapak lah yang justru disebut sebagai Bahasa murni. Bahasa ngapak masuk ke dalam Jawadhipa atau ngoko lugu. Dalam kesastraan jawa Bahasa brebesan, Bahasa ngapak dianggap sebagai Bahasa Jawa yang masih terdapat unsur Bahasa sanskerta. “Bhineka Tunggal Ika” merupakan contoh Bahasa sansekerta dengan huruf vokal tetap dibaca “a” sebagaimana dialek ngapak.

Dialek ngapak menunjukan budaya masyarakat penuturnya yang egaliter dan sangat mengedepankan kesetaraan, sehingga mereka memiliki kekuatan solidaritas yang tinggi dan menjunjung nilai kerukunan. Dari sikap inilah yang menjadikan Bahasa ngapak jauh dari sifat feodalisme yaitu sifat yang memandang seseorang dari kedudukan, pangkat, dan harta dalam status social. Hal ini juga dilihat dari karakter khas orang Brebes dan sekitarnya yang cenderung blak-blakan, adanya hal ini dikarenakan masyarakat ngapak mengganggap golongan priyayi atau ningrat sama saja dengan golongan orang biasa.

Kesimpulan

 Kesimpulan dari penelitian diatas menunjukan bahwa dialek Bahasa Jawa Rembang dan dialek Bahasa Jawa ngapak Brebes memiliki karakteristik variasi tujuan yang bersifat signifikann terutama dalam variasi pengucapan bunyi huruf vokal. Pada dialek Rembang adanya variasi bunyi huruf vokal terdapat perubahan fonem vokal, dimana huruf vokal “a” sering kali diganti dengan “o”, dan selain itu modifikasi bunyi vokal juga terdapat pada huruf vokal “a” yang diganti menjadi “ia” dan “ua”. Adanya perubahan ini dilatar belakangi oleh faktor non linguistik yaitu di Rembang menjadi pusat pendidikan islam dengan dibuktikan banyaknya pondok pesantren di daerah ini.

Berbeda dengan dialek Rembang, dialek pada Bahasa ngapak Brebes terdapat perbdeaan pada vokal dan intonasi nya saja. Bahasa ngapak terkesan terdengar kasar akan tetapi dianggap sebagai Bahasa murni. Ini disebabkan karna Bahasa ngapak menjadi identitas suatu budaya yang terbebas dari pengaruh politik. Dengan demikian perbedaan kultural, sejarah, dan sosial di kedua daerah tersebut memberikan kontribusi pada karakteristik linguistic yang berbeda dalam tuturan Bahasa Jawa mereka.

Daftar Pustaka

Abdusammad Zuhri, Metode penelitian Kualitatif. Makassar. CV Syakir Media Press. 2021.
Hermaji Bowo, Asal Usul Bahasa Ngapak dan Keunikannya dalam https://id.scribd.com/document/503138452/Asal-Usul-Bahasa-Ngapak-dan-Keunikannya, diakses pada (22-12-2023).
Indriani Meliya, Penanda morfologi Bahasa jawa dialek Rembang. Jurnal of Javanese Literature. 3 (1) 2014.
Milu Agus Susetyo, Fonotatik Bahasa Jawa Pada Lingkungan Persawahan. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(1) 2021.
Soedjarwo, Geografi Dialek Bahasa Jawa Kabupaten Rembang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1987.
Sutrimah, Fonologi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: CV Budi Utama. 2023.
Wigati Prapti Purwaningrum dan Maulani Pangestu, Variasi Dialek dalam Budaya Jawa di Kabupaten Tangerang (Sebuah Kajian Dialektologi). Jurnal Sastra Indonesia. 10(1) 2021.

 






Karya Tulis Ilmiah HMP PGMI

Karya Tulis Ilmiah HMP PGMI

Program Zero Waste Culture Sebagai Peran Strategis Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang dalam Upaya Menumbuhkan Karakter Peduli Lingkungan

Oleh, Durrotun Nafiah dan Yunia Shofiyatun Nisa

           A. Pendahuluan

Kondisi sampah di Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri merupakan isu yang kompleks dimana keberadaannya selalu dielu-elukan, pengelolaan sampah di Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri itu dikelola secara mandiri, sehingga jika tidak ada pengelolaan yang baik dari pihak pondok maka akan mengakibatkan penumpukan sampah di pesantren. Polulasi yang banyak dan pertambahan santri yang bertambah setiap tahunnya, menjadikan volume sampah yang dihasilkan terus meningkat setiap tahun. Menurut data dari pihak PPS (Pusat Pengelolaan Sampah), Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri menghasilkan sekitar 18 karung sampah pada tahun 2019-2022 setiap harinya, lalu pada tahun 2021 angka tersebut turun menjadi 14, pada tahun 2022 menjadi 10 dan pada tahun 2023-2024 berkurang dan menjadi 6 karung saja.

                

Sampah di pondok pesantren terdiri dari berbagai jenis, termasuk limbah organik, plastik, kertas, dan logam. Sampah plastik menjadi salah satu masalah terbesar, karena penggunaannya yang banyak dan rendahnya tingkat daur ulang. Penumpukan sampah plastik menjadi masalah terbesar di PPS saat ini, karena proses daur ulang sampah plastik hanya bisa diatasi dengan cara pembakaran. Sampah plastik akan mudah dibakar jika plastik tersebut kering tanpa adanya kandungan air, jika sampah plastik terdapat kandungan air maka proses pembakaran akan mengalami kesulitan. Kondisi sampah di pondok pesantren itu biasanya sampah plastik (contoh plastik pentol, terkadang isi nya itu masih ada dan plastiknya menjadi basah), padahal jika sampah plastik tersebut kering akan memudahkan pada pembakaran dan pengelolaannya. Pengelolaan sampah platik bergantung pada berapa banyaknya, jika sampah platik sedikit maka akan dibakar secara tradisional, dan jika sampah plastik banyak maka akan dimasukkan ke dalam mesin pembakar. Sampah plastik yang telah dibakar tersebut kemudian diolah untuk dijadikan paving.

Salah satu pendidikan karakter di pondok pesantren Al-Anwar 3 putri yaitu sikap peduli lingkungan. Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berusaha untuk mencegah adanya kerusakan pada lingkungan sekitar serta mencari dan mengembangkan cara untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Lingkungan alam sekitar adalah tanggung jawab kita, kebersihan lingkungan merupakan tugas kita. Perlu disadari bahwa karakter peduli lingkungan jarang sekali kita temui, terbukti dengan adanya sampah dimana-mana. Kepedulian sendiri berasal dari dalam diri seseorang, namun bagaimana jika dalam diri seseorang tidak ditemukan adanya sikap peduli lingkungan. Menerapkan kebiasaan merupakan salah satu solusi untuk melatih santri dalam melatih kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya.

Berbagai problematika terkait sampah tersebut menyadarkan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri dan santri-santri untuk memperhatikan lingkungan sekitar, terutama pengelolaa sampah plastik. Kesadaran terkait sampah plastik ini yaitu, bahwa sampah platik akan tetap ada sampai kita mati meskipun sudah diolah, selanjutnya kita berpikir dengan cara mengurangi sampah plastik. Berbagai inovasi dilakukan untuk mengelola sampah plastik, pada tahun 2019 ini ditemukan cara dan program yang tepat, yaitu adanya program Zero Waste sebagai bentuk sikap kepedulian kita terhadap lingkungan sekitar.

Pondok Pesantren Al-Anwar 3 menjadi salah satu lembaga yang telah menerapkan program Zero Waste dalam kehidupan sehari-hari. Program Zero Waste merupakan gaya hidup yang bertujuan untuk meminimalisasi sampah yang dihasilkan individu demi menjaga lingkungan. Kalaupun mengandung kata nol bukan berarti gaya hidup ini tidak menghasilkan sampah sama sekali. Konsep gaya hidup Zero Waste ini memberikan kebiasaan untuk meminimalisir sampah dan mendorong orang untuk lebih menggunakan barang sekali pakai. Program Zero Waste ini menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang lebih bijaksana dari diri sendiri dengan mengimplementasikan 3R; Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang). Beberapa kegiatan yang telah di lakukan seperti membawa wadah makan dan tumbler saat kuliah untuk mengurangi sampah, memilah sampah secara teratur dan mengolah sampah menjadi pakan maggot.

Di Indonesia sendiri beberapa kota telah menerapkan program Zero Waste ini, salah satunya adalah Kota Kediri tepatnya di Kelurahan Tempurejo. Program ini di latarbelakangi karena alasan keterbatasan tempat pembuangan akhir pemerintah kota Kediri yang hanya dapat menampung sampah sebanyak 140 ton per hari. Solusi yang diberikan oleh Pemerintah Kota Kediri hanya membangun TPA regional dinilai kurang efektif dalam penanganan sampah. Setelah diterapkan strategi ECOTON dalam program Zero Waste Cities dinilai berhasil. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan program ini kerjasama antara pihak pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-government. Begitu juga di provinsi Jawa Barat terdapat tiga kota yang digunakan sebagai percontohan yakni di Kota Cimahi, Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung. Kemudian di susul oleh Provinsi Bali di tahun 2019 yang juga mengikuti pengurangan sampah di beberapa wilayahnya. Berbagai tempat telah berhasil menerapkan program ini sehingga program ini dapat diadaptasi dan dikembangkan oleh Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Sarang Rembang. Progam ini diharapkan bisa sekaligus membangun karakter peduli lingkungan dan meningkatkan ketrampilan 4C yaitu critical thinking (berpikir kritis), collaboration (kolaborasi), creativity (kreatifitas), communication (komunikasi) guna untuk mempersiapkan generasi yang handal menghadapi tantangan perkembangan zaman.

            B. Analisis SWOT Program Zero Waste di Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri

Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), ancaman (threat) yang terjadi dalam proyek atau di sebuah usaha bisnis, atau mengevaluasi lini-lini produk senidi maupun pesaing. Analisis SWOT untuk program zero waste di Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri ini dimulai dengan mengkaji faktor internal dan kondisi lingkungan eksternal. Faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengelolaan sampah berbasis Zero Waste di Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri, sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strength)

a. Kesesuaian visi dan misi dengan kondisi. Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri memiliki visi yaitu membangun gaya hidup bersih bebas sampah dan memiliki misi yaitu mengurangi, mengolah dan memilah sampah. Sedangkan, kondisi sampah yang ada di Pondok Pesantren Al-Anwar 3 dapat dikategorikan kurang terkelola dengan baik

b. Peran pondok pesantren dalam membina santri berkaitan tentang pengelolaan sampah. Pengasuh dan pengurus Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri telah memberikan peraturan dan sosialisasi tentang pengelolaan sampah, mulai dari pengurangan sampah yakni membawa wadah makan dan minuman sendiri, serta memilah sampah mulai dari kamar dan aula.

c. Dukungan stakeholder dalam pengelolaan sampah terpadu. Stakeholder yang terlibat dalam program ini terdiri Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri, Pengurus Kebersihan Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri, dan Pengurus Pusat Pengelolaan Sampah (PPS) Al-Anwar 3.

d. Ada pengurus PPS (Pusat Pengelolaan Sampah) Pesantren. Pusat Pengelolaan Sampah Al-Anwar 3 berdiri sejak tahun 2020 dan mengurusi pengelolaan sampah mulai dari pengangkutan sampah dari pondok ke tempat pengolahan sampah, pemilahan dan pengolahan sampah sesuai kualifikasinya.


                                           
2. Kelemahan (Weakness)

a. Sarana dan Prasarana belum sepenuhnya menunjang. Meskipun beberapa alat pengelolaan sampah telah tersedia, seperti mesin pencacah plastik dan alat pembakar sampah tanpa asap. Namun, masih kurang optimal dalam penggunaan alat lainnya.

b. Kurang maksimalnya Pemilahan Sampah di Sumber. Santri adalah sumber sampah terbesar. Meski peraturan yang ditetapkan mengenai pemilahan sampah dari kamar, hal ini kurang berjalan dengan maksimal. Kurangnya kesadaran individu sehingga beberapa kamar terkadang tidak memilah sampahnya dengan baik.

3. Peluang (Oportunities)

a. Adanya dukungan dari Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri, yang sangat peduli terkait lingkungan sekitar dengan mengadakan seminar dan sosialisasi terkait Zero Waste dan pendanaan kepada pihak PPS untuk pengelolaan sampah.

b. Adanya dukungan dari pihak terkait seperti pihak PPS dan pengurus devisi kebersiahan sebagai pihak pengelola sampah sehingga bisa mendukung program Zero Waste. Serta kerja sama para santri sudah mau memilah sampah mulai memilah sampah di kamar sampai di pusat pembuangan sampah di pondok pesantren.

4. Ancaman (Treats)

a. Belum ada kesadaran santri sebagai sumber sampah terbesar. Acuh adalah sikap yang sering muncul karena keegoisan individu, terkadang santri itu masih menyepelekan sampah, misal bekas sampo plastik yang ada di kamar mandi, walaupun sampah itu kecil namun bisa menghambat jalannya air di saluran air. Jika sikap ini diteruskan maka tentu saja akan menghambat pada aturan sistem yang sudah berjalan.

b. Kepekaan dan keinginan santri untuk memilah dan mengelola sampah masih minim. Tentu kesadaran terkait pengelolaan sampah sudah ada di setiap individu santri, namun keinginan untuk memilah sampah sangatlah rendah penyebabnya adalah santri terlalu malas untuk memisah sampah basah, kering, organik maupun non-organik.

c. Beberapa pihak yang terlibat seperti penjual makanan sekitar pondok belum bisa bekerjasama dalam melaksanakan program Zero Waste. Penjual makanan ataupun jajanan berpikir bahwa menggunakan kemasan plastik itu lebih ringkas dan efektif, namun mereka tidak berpikir dampak panjang ke depannya, bahwa sampah dari mereka itu bisa menumpuk dan sulit untuk dikelola.


        C.   Langkah Strategis Program Zero Waste Culture di Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri

Dari hasil penelitian berupa analisis SWOT dapat diambil langkah strategis untuk melaksanakan program Zero Waste di Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Sarang Rembang, diantaranya yaitu:

1. Reduce (mengurangi)

Reduce sendiri memiliki arti mengurangi sampah. Maksud dari langkang ini adalah mengurangi penggunaan produk yang berpotensi sampah. Langkah ini bisa di lakukan dan diterapkan untuk sampah atau produk sekali pakai, seperti kantong plastik belanja yang sudah dilarang diberbagai pusat perbelanjaan di kota Rembang begitu juga larangan yang berlaku di kawasan Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri. Tahap ini juga menjadi yang pertama sekaligus prioritas karena bila pengurangan sampah sekali pakai, maka tidak perlu ke tahap berikutnya yaitu reuse dan recycle.

Penggunaan barang yang sulit didaur ulang juga menjadi masalah baru, maka tidak heran bila pengurangan sangat digadang-gadang sebagai langkah awal yang tepat. Contoh dari penerapan langkah pengurangan adalah membawa botol minum atau wadah makan sendiri sehingga tidak perlu menggunakan berbagai alat makan dan minum sekali pakai. Selaras dengan peraturan yang telah berlaku di Pondok Pesantren Al- Anwar 3 Putri, bahwa setiap santri wajib memiliki dan menggunakan alat makan dan minum untuk membeli jajanan. Begitupun dengan pihak penjual yang telah dihimbau untuk menyediakan wadah selain plastik sekali pakai untuk makanan dan minuman yang di jual.

2. Reuse ( menggunakan kembali)
Langkah atau tahap kedua adalah reuse yang berarti menggunakan kembali. Tahap ini mengajak untuk menggunakann kembali produk yang sudah terpakai. Dengan menggunakannya kembali maka sampah yang timbul dari produk-produk tersebut berkurang. Salah satu cara atau langkahnya adalah penggunaan botol bekas air minum sebagai pot tanaman kecil, atau penggunaan kaleng biskuit hingga snack sebagai kotak penyimpanan.

Langkah lain dari penggunaan kembali adalah menggunakan botol sabun mandi atau sampo dan mengisinya dengan membeli produk isi ulang. Dengan metode reuse, tentu saja penyebaran sampah plastik yang sudah dibeli dapat dikurangi dan dimanfaatkan kembali seperti saat ini.

3. Recycle (mendaur ulang)

Tahap terakhir adalah recycle yang berarti mendaur ulang. Langkah yang paling banyak dilakukan ini mengingat banyaknya sampah yang tersebar di berbagai lokasi seperti laut, tanah dan udara. Produk bekas atau daur ulang sendiri sebenarnya lebih fleksibel, bahkan kerap memiliki nilai ekonomis. Pemanfaatan sampah yang tidak terpakai hingga memiliki nilai tanpa mencemari lingkungan mampu mengurangi penyebaran sampah plastic secara drastis.

Sebelum pada tahap ini sampah harus dipilah sesuai dengan kualifikasinya. Pada sampah organik basah, seperti; sisa sayuran, sisa buah, sisa nasi dan sejenisnya Pusat Pengelola Sampah (PPS) Al-Anwar 3 mengelola dengan dijadikan pakan maggot dan budidaya lalat BSF.

                                           
Pada sampah anorganik, seperti; botol plastik, kaleng, botol kaca, kertas, kardus dan sejenisnya dihancurkan dengan mesin pencacah plastic dan sebagian di jual ke pengepul. Pada jenis sampah residu atau sampah yang tidak bisa diolah, seperti; plastik snack, plastik lunak/kresek, pembalut dan sejenisnya dibakar menggunakan alat pembakar tanpa asap. Lalu, abu sisa pembakaran sampah tadi diolah menjadi paving.


                                          


                                            



        D.   Implementasi Keterampilan 4C atau Communication, Collaboration, Critical Thinking and Creative Thinking.

Ketrampilan 4C atau Communication, Collaboration, Critical Thinking and Creative Thinking adalah keterampilan yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi tantangan abad21. Communication, merupakan keterampilan untuk menyampaikan pemikiran, gagasan ataupun ide kepada orang lain melalui lisan, tulisan, gambar, grafis ataupun angka. Pada tahap ini pengurus Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri bagian kebersihan berkoordinasi dengan pihak pengasuh dan pihak PPS, yaitu terkait banyaknya sampah yang dihasilkan dan pengelolaannya, berbagai gagasan muncul untuk mencari solusi terkait pengelolaan sampah tersebut. Hasilnya adalah melakukan program Zero Waste dengan mengimplementasikan 3 M, yaitu mengurangi, memilah dan mengolah sampah.

Collaboration merupakan keterampilan bekerjasama, saling bersinergi serta mengetahui peran dan tanggung jawab. Tentu sampah yang muncul dari kita merupakan tanggung jawab kita, bayangkan saja, apakah ada, orang yang mau mengurusi urusan kita apalagi sampah. Kolaborasi dan kerja sama merupakan keterampilan yang harus dikembangkan apalagi di era 5.0. kita akan lebih mudah mengerjakan sesuatu dengan adanya kerja sama tim. Hal ini dilakukan juga di Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri kerja sama tersebut dengan melaksanakan peran nya masing-masing. Santri memiliki peran untuk memilah dan mengurangi sampah. Pengurus bagian kebersihan memiliki peran untuk memilah hasil akhir sebelum sampai ke pihak PPS. Pihak PPS adalah titik akhir.

Critical Thinking merupakan keterampilan berpikir untuk memecahkan masalah atau mengambil keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi. Masalah-masalah terkait sampah menjadi keresahan bagi seluruh santri dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri. Sehingga harus selalu mencoba berbagai cara sehingga meneumukan program yang ccok dengan sumber daya di pondok, dan muncullah program Zero Waste.

Creative Thinking merupakan kemapuan menemukan ide baru ataupun temuan yang belum ada sebelumnya. Keterampilan berpikir kreatif akan muncul jika behadapan dengan tantangan berupa masalah. Keterampilan kreatif bisa dilatih melalui cara-cara yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Keterampilan berpikir kreatif juga muncul di Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Putri, melalui temuan paving tersebut merupakan bukti dari adanya kreativitas santri.

       E. Kesimpulan

Melalui pembahasan di atas bisa ditarik kesimulan bahwa: Pondok pesantren melatih santri untuk hidup secara mandiri dan melatih untuk memedulikan lingkungan sekitar terutama kebersihan. Melatih keterampilan peduli lingkungan bisa menggunakan berbagai metode ataupun program, salah satunya yaitu program Zero Waste. Melalui program Zero Waste santri akan dilatih keterampilan menyampaikan pendapat dan bekerjasama untuk menyelesaikan masalah terkait pengelolaan sampah plastik, berpikir kritis dan kreatif untuk mengolah sampah menjadi barang yang bernilai harga jual.

F. Dafttar Pustaka

Achmat Zainuri dan Ahmad Alwi, “Strategi ECOTON dalam Penerapan Program Zero Waste Cities di Kelurahan Tempurejo, Kota Kediri”, Environmental Pollution Journal, Vol. 2, No. 2, (Juli 2022)
Mahanal, S. 2009. Pengaruh Perangkat Pembelajaran Deteksi Kualitas Sungai Dengan Indikator Biologi Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Di Kota Malang. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana (S3) Universitas Negeri Malang.
Muhammad Nizar, dkk. “ Manajemen Pengelolaan Sampah Kota Berdasarkan Konsep Zero Waste: Studi Literatur”.
Nufikha, A. (2020). “Mengenal Gaya Hidup Zero Waste yang Kekinian”. https://www.seva.id/blog/mengenal-gaya-hidup-zero-waste-yang-tetap-kekinian- 012020/
Rangkuty, Freddy. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Rosalia Indah Lubis dan Pradipta Dirgantara. “Partisipasi Komunitas Zero Waste Indonesia dalam Mendukung Gata Hidup Nol Sampah”. Jurnal Ilmu Komunikasi. (2021).
RUFS (2010) Office of Regional Planning, Stockholm County Council, Office of Regional Planning, Stockholm County Council. Available at: http://www.tmr.sll.se/english/RUFS-2010/ (diakses pada 5 September 2024).
Wardani, Diyan Nurvika Kususma. “Analisis Implementasi Program Adiwiyata Dalam Membangun Karakter Peduli Lingkungan (Studi Kasus di MIN 1 Ponorogo).” Southeast Asian Journal Of Islamc Education Management, Vol. 1, No.1, (2019).
Zaman, A. U. and Lehmann, S. (2013) „The Zero Waste index : a performance measurement tool for waste management systems in a “ Zero Waste city ”‟, Journal of Cleaner Production. Elsevier Ltd, 50, pp. doi: 10.1016/j.jclepro.2012.11.041.