Cerpen Kelas 021PA
NASIHAT IBU YANG SELALU KUINGAT
Oleh Kelas 021PA
Cerahnya di pondok pesantren miftahul huda aku menunggu penjemputan saat liburan pondok, karna orang tuaku merantau kepapua jadi aku di jemput oleh saudara ayahku aku termenung saat melihat semua temanku telah dijemput oleh orang tua mereka masing-masing hingga aku mengingat saat kami semua bercerita Bersama tentang saat liburan ingin jalan-jalan kemana, akan tetapi setiap kali aku cerita dengan mereka, mereka selalu bilang “kalau aku jadi kamu, aku bakal jalan-jalan kemanapun yang aku mau udah ada uang, ada montor, ada hp pokoknya enak deh gak ada yang memarahi dan mengomel”. Aku yang mendengar ia bicara seperti itu hanya tersenyum, dan hatiku berkata “kamu tidak tau rasanya bagaimana tanpa adanya kebahagian dan keharmonisan keluarga”. Tidak terasa saat aku masih dalam lamunanku aku telah terpanggil penjemputan, pamanku sudah berada di depan gerbang menunggu sambil bermain hp. Aku menemuinya lalu bersalaman, ia membantu membawakan barang-barangku dan menaruhnya kemotor, aku menggunakan helm yang pamanku berikan lalu kami pun berangkat kami bercerita saat masih dalam perjalan dan itu sangat mengasikkan karna pamanku mampu membuatku tenang dengan semua kesusahan yang aku miliki dan pamanku juga tidak tega melihatku dan adik laki-lakiku ditinggal oleh orang tuaku merantau.
Tak terasa sudah 1jam lebih 20menit kami menempuh perjalanan dan akhirnya kami sampai dirumahku, saat itu aku dan adikku tidak tidur dirumah nenek walaupun rumah nenekku samping rumahku, pamanku yang melihat keadaan dirumahku tidak tega dan selalu bilang “kalian tinggal dirumah paman aja ya ada bibi juga pasti ramai, ada keponakanmu juga disana, kalian mau kan?’tanya pamaku, bukannya aku dan adikku tidak mau akan tetapi kami masih belum nyaman untuk tinngal di rumah paman karna kami belum bisa meninggalkan rumah yang banyak kenangan dari kami kecil hinnga dewasa. Pamanku yang sudah paham akan raut wajahkupun hanya bisa pasrah”ya sudah kalian baik-baik ya nanti kalau ada apa-apa bilang pada paman oke…”ucap pamanku dengan senyuman, aku sangat senang bila melihat paman tersenyum karna senyumannya itu sangat mirip dengan ayahku. “oke, paman”jawabku aku bersaliman kepada pamanku lalu ia pergi pulang, aku masuk kedalam rumah memasukkan barang-barangku kedalam lemari lalu membersihkan rumah saat itu aku berumur 14 tahun dan adikku kelas 6 sd. Aslinya semua baik-baik saja akan tetapi, timbul masalah yang tidak kuinginkan, juga seharusnya anak seumuranku dan adikku hanya tau belaian dan kasih sayang semuanya hancur saat wali kelas adikku datang dan bilang kalau ia tidak mengerjakan UN secara online padahal aslinya adikku sudah mengarjakannya karena hp yang ia gunakan masih hp yang sudah tidak jamanya dan kondisinya juga memburuk membuat semua file UN yang ia kerjakan hilang semua. Nenekku yang mendengarnya langsung marah besar dan memukuli adikku hingga adikku menagis aku sebagai kakaknya tidak terima dan langsung membawa adikku Kembali kedalam kamar, aku menagis melihat tubuhnya penuh memar akibat pukulan yang diberikan nenekku, nenekku yang dari luar selalu berisik aku berteriak sambil menangis”SUDAH……BIAR AKU SAJA, KAMU TIDAK USAH IKUT CAMPUR URUSAN KELUARGAKU!!!”.
Akibat kejadian kemarin, yang seharusnya liburanku menjadi istirahat sekarang menjadi kacau dan penuh kepedihan banyak omongan tetangga yang pedas terhadap kami mulai dari orang tuanya gak punya hati, anaknya bodoh, dll. Semunya aku dengar hingga mampu membuat aku roboh,tidak berlangsung lama ibuku menelfon kami, adikku masih merasa sakit dan membuatnya sulit ingin makan hingga 3 hari sampai adikku sakit, tak kunjung lama ibuku menelfonku aku menangis saat mendengar suaranya, tanpa basa-basi aku menceritakan semua kejadian kemarin kepada ibu, ibuku menangis dan tidak bisa berbuat apa-apa ia mulai menenangkanku dengan ucapannya yang menahan tangisnya “nak… kamu itu kuat ingat kamu adalah kakak Perempuan pertama harus kuat yaaa.., dan jadilah kamu disana pengganti ayah, ibu tenangkan adikmu berikan semua kasih sayangmu padanya, memang berat, juga berbeda dengan teman-temanmu yang ada dirumah saat ini sedang Bahagia dengan orangtua mereka masing-masing.” Ucapan ibuku yang masih menahan tangisnya, “lihatlah dirimu kau itu kuat dengan kerasnya dunia saat ini karna kenapa? Karna ALLAH tau kau itu bisa menerima semua rintangan yang ALLAH berikan kepadamu. Apa kamu tau buah mangga nak?” tanya ibuku,
“iya bu, aku tau”jawabku,
“nah, seperti itulah kelak kamu dan adikmu”ucap ibuku. Aku yang masih bingung dengan ucapan ibuku, aku bertanya lagi “maksud ibu, kenapa aku dan adikku disamakan dengan buah mangga?” tanyaku penasaran, ibuku dengan tenang menjelaskan perkataan yang aku maksudkan kepada kami, “nak maksud ibu adalah kalian seperti buah mangga yang masih kecil pasti tidak ada yang mau kan dan mau dibuat apa buah mangga kecil itu (diabaikan),”ujar ibuku, aku yang masih penasaran dengan perkataan ibuku tetap menunggu penjekasannya. “Akan tetapi bila buah mangga itu sudah matang (berbuah manis) pasti banyak yang akan mencarinya karna rasanya yang enak dan manis. Nah seperti kalian, kalian sekarang tidak dibutuhkan di hina dan di abaikan, akan tetapi esok bila kalian sudah dewasa, sukses, dan Berjaya ibu yakin kelak kalian akan di cari banyak orang dan pasti ibu 100 persen membutuhkan kalian.”ucap ibuku, aku langsung mengerti dengan ucapannya, aku tau sekarang ini belum masanya untuk kami dan akan kami buktikan pada Masyarakat kalau kami pasti akan menjadi buah mangga yang berbuah manis dan dibutuhkan banyak orang (orang sukses). Sejak saat itu aku dan adikku mampu menempuh semua cobaan pahitnya dunia, juga kami sudah mulai tidak peduli dengan semua perkataan yang tidak berguna bagi kami karena kami buat hinaan mereka adalah semangat buat kami.
Hingga ada acara apapun yang bersangkutan adanya wali santri seperti khotmil qu’an, wisuda mereka tidak datang, tidak mengapa, karena orang tuaku yakin kalau semua anaknya bisa menjadi orang sukses dimasa depan nanti, perkataan itulah yang mampu membuat kami semangat untuk berjuang demi masa depan kelak, sampai saat ini perkataan yang dulu di ucapkan ibu masih terngiang-ngiang di kepala kami yang mampu memberikan semangat.
Ditulis oleh tim Jurnalistik HMP PGMI